Tentang Dia

Bismillah

Sebelum waktu menggerus ingatanku,…

Pernah gak sih kita ngebanding-bandingin milik kita dengan milik orang lain?

Baju? Tas? Sepatu? Rumah? Mobil? Anak? Pasangan?

Pasti semua orang pernah yaaa.. hanya intensitasnya aja yang beda-beda. Kamu mungkin lebih sering kek gitu yaa, aku sih enggak.. ahahaha

But frankly, saya lebih sering membandingan pasangan saya dengan pasangan orang. Bukan fisik yaa, itu mah saya yakin suami saya sudah lebih dari cukup. Alhamdulillah.

Kalau lagi lihat pasutri yang jalan bareng sambil gandengan ke kajian. Saya pingiiiinn deh kajian ditemenin suami kek gitu. Tapi yaa gak mungkin juga, wong suami saya kan tiap hari ngantor hehe.

Kalo ngeliat suami si Ono bisa nukang dengan lihai. Rasanya pengen deh suami saya juga bisa kek gitu, jadi bisa hemat bayar tukang buat benerin rumah ahaahahaha #modus

Tapi kan suami saya deskman, tiap orang ada porsinya masing-masing. Bagi-bagi rezeki lah.

Kalo ngeliat suami si Oni….Bla bla bla bla bla….

And then it Hits me

Saya sangaaaat bersyukur punya pasangan seperti suami saya sekarang.

Alhamdulillahilladzi binikmatihi tatimus shalihaat.

Memang dia ga seperti kebanyakan suami di luaran.

Dia pulang kantor capek-capek masih bisa dan mau membantu saya nyuci piring, kadang membantu melipatkan laundry bersih.

Dia gak pernah menuntut saya untuk selalu masak tiap hari. Bersih-bersih juga. Yaa tapi saya juga tahu diri laah.. saya juga ga betah kalau rumah kotor dan berantakan. Kalau masak memang saya rada males *ups

Above all, dia sangat mengerti kondisi kesehatan saya.

Saya menyadari hal ini ketika saya menyaksikan sendiri suami si Ono sangat acuh kepada istrinya yang sedang sakit payah dan hamil muda!

Saya sendiri gak akan percaya kalau saya gak menyaksikan sendiri perilaku suami si Ono. Dia yg selalu Ono banggakan. Ternyata tega memperlakukan istrinya sebegitunya. Subhanallah.

Intinya, saya sangat bersyukur karena suami saya sangat mengerti dan memaklumi kondisi saya. Dan mau membantu pekerjaan rumah kala saya tidak berdaya. Dimana sebagian suami di luar sana emoh membantu istrinya dengan alasan sudah capek bekerja di luar rumah. Jadi di rumah mereka asik main ponsel sementara istrinya pontang panting mengurus anak dan rumahnya.

Hadeuuhh.. padahal Rasulullah sendiri membantu Aisyah menggiling gandumnya bahkan menjahit bajunya sendiri.

Suami saya memang tidak bisa menemani saya kajian. Tapi tangannya selalu siap ketika saya memintanya untuk menyuapi buah hati kami.

Laptopnya rela dia tinggalkan untuk menyapu dan mengepel teras rumah, sekaligus menyiram tanaman.

Di rumah dia tidak malu memegang sapu dan kain pel. Tidak pula merasa jengah menyuapi anak di food court.

Dia tidak malu dan kehilangan harga dirinya sebagai suami dengan melakukan pekerjaan istri. Seperti yang diajarkan Rasulullah.

Mungkin ilmu agama suami saya belumlah setinggi mereka yang sering ikut kajian. Tapi yang sedikit yang dia punya, itulah yang dia amalkan. Bukankah hakikat ilmu adalah utk diamalkan?

Itu baru sebagian kecil karunia yang saya rasakan.

Intinya kalau bukan dia yg jadi suami saya, saya gak tahu bagaimana nasib saya.

Inilah hakikat cinta yang sebenarnya. Bukan jumlah materi yang diberikan. Bukan pula kata-kata romansa belaka. Tapi bagaimana ia memperlakukan kita mencerminkan apa yang ada di hatinya.

Dan sejak itu saya berhenti membanding-bandingkan dirinya dengan siapapun.

Karena saya paham mengapa Allah menakdirkan dia yang menjadi suami saya.

Karena kalau bukan dia, pasti rumah tangga ini tidak akan berjalan semulus ini.

Allah Maha Mengetahui apa yan terbaik bagi hambanya. Maka bersyukur dan bersyukurlah dengan apa yang kita punya.

Karena Allah memberikan apa yang kita Butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Disclaimer:

Tulisan ini memang terkesan mempromosikan suami saya tapi jangan lantas dibayangkan suami saya adl suami idaman kamu! I cursed you pelakor.

Sebagai suami, dia pun punya banyak kekurangan. Sebab itu Allah menjadikan saya istrinya. Karena kalau bukan saya yg jadi istrinya, entah bagaimana nasibnya.

Jadi jangan berpikiran kotor dan jahat. Saya yakin kamu tidak bisa seperti saya dalam memahaminya.

Dan lebih dari itu, saya percaya Allah selalu menjaganya dari gangguan syetan betina berwujud pelakor.

Saya juga paham betul watak dan tabiat suami saya. Hatinya tidak mudah berpaling. Itu salah satu poin penting ketika saya menerima pinangannya 7 tahun lalu.

Jadiiiiii inti tulisan ini adalah.. iniii niiih….

Belajarlah untuk selalu menyukuri semua nikmat yang Allah berikan. Dibalik semua kekurangan pasti ada hal menakjubkan yang membuatnya hadir dalam kehidupan kita. Baik itu manusia pun peristiwa. Yakinlah bahwa Allah tidak pernah memberikan sesuatu atau membiarkan sesuatu terjadi yang tidak bermanfaat bagi kita. Sepahit apapun mestilah ada hikmah yang bisa kita petik. Ada kebaikan yang bisa kita rasakan. Ada pelajaran dan kesabaran yang in sya allah berbuah surgaNya kelak. Aamiin.

Maka bersyukurlah atas semuanya.

Bersyukur dan bersyukur setiap saat.

Rumput tetangga akan selalu lebih hijau, maka fokuslah pada rumput kita sendiri, karena itulah milik kita sendiri.

Penulis: hildafattah

aku adalah pemimpi, pecinta kehidupan dan pengelana jiwa

Tinggalkan komentar