Aku pernah bertelanjang kaki, bertelanjang dada, dan seluruhnya
Tapi aku tak pernah merasakan tiada
Kecuali saat kehilangan makna aksara
Tersesat dalam kata
Kecantikan yang lahir dari sulaman, begitu saja
Puisi bukan hanya soal indah, namun tentang jiwa
Yang setiap aksara makna milikinya
Cintailah!
Bagaimana?
Kenalilah!
Bagaimana?
Dengan hati bukan mata
Dengan tulus bukan puja
Dengan jujur bukan dusta
Sebab sering bertatap muka
Kata, jiwanya menjelma, tak bisa tiada
Jika kuat, sudahlah tentu dapat terasa
Meski baru jumpa kali pertama
Ia yang digoreskan keadaan yang berkebalikan, akan kehilangan badan
Ia yang ditautkan dengan curahan tanpa garisan, akan menjadikan racauan dalam igauan
Ia yang dileburkan dalam kilatan zaman, akan meninggalkan kilasan tanpa kesan
Maka
Cintailah!
Kenalilah!
Lalu,
Milikilah!
Maka
Jadilah!