Menjadi Sauh

Sayang, ada lintasan saat kau jauh

Aku memang tidak bisa merangkai aksara merdu, seperti yang sering kau berikan dulu

Aku ingin menuliskan racauan dalam kepalaku, ketika telingaku tersumbat dentuman jantungku sendiri, ketika dirimu mengalihkan semua yang ingin kulakukan

Aku ingin menuliskan dengan indah seperti yang dulu sering kau berikan

Namun, aku hanya mampu seperti ini, mendoakan, dan memikirkan masa depan, seperti apa yang kelak akan kita jalani

Aku ingin saat itu masih ada aku dan kamu, seperti yang dulu, meski saat ini kau jauh

Aku rindu bola mata coklat itu menatapku malu-malu dalam teduhnya

Aku ingin tenang karena aku tahu kau selalu berjaga di sampingku

Aku ingin rebah ketika lenganmu memelukku

Aku ingin kau tahu, meski jarang kuucap kata-kata cinta nan syahdu

Aku selalu mendoakanmu dalam sujud-sujud panjangku

Agar aku dan kamu masih selalu seperti ini, sampai nanti, hingga di Surga nanti

Untuk Imamku, ayah dari anak-anakku

“When I am with you, there is no one else

I get heaven to my self

When I am with you, there is no one else

I feel this way I never felt

When I am with you, there is no one else

A life, sparkle in your eyes

Heaven coming through

And I Love You”

[The Astronaut – Jin)

Stuck

Saya bukan penulis -belum, sudah berhenti, baru mulai lagi. Yah begitulah ….

Singkat cerita, saya #kembalimenulis sejak akhir tahun lalu (2021). Setelah sebelumnya 10 tahun vakum menulis. Yeah, menyedihkan, ya. Tapi sudahlah, intinya saya ingin kembali mencoba untuk bisa menemukan diri saya dalam dunia literasi yang (masih) saling sengkarut (tidak lebih baik, mungkin lebih kompleks ketimbang 10 tahun lalu).

Selama kurang lebih enam bulan terakhir, saya mengambil banyak kelas menulis yang diampu oleh penulis-penulis kenamaan tanah air. Sebut saja Mba Dee Lestari yang tulisannya masih tetep hits sampai sekarang sampai yang nyastra dengan Mas Seno Gumira, Mba Ayu Utami, dan Bang Benny Arnas. Beberapa kelas menulis singkat dengan duo sister Bunda Helvy dan Bunda Asma Nadia juga pernah saya ikuti. Ada juga short courses dengan beberapa penulis kawakan lainnya. Saya juga ikut komunitas-komunitas menulis, dan (finally) punya cliche yg isinya penulis-penulis muda berbakat.

Yang mau saya sambat hari ini adalah … saya mengalami stuck, bukan blocked/hambatan ya, karena saya bukan -belum bisa menyebut diri saya sebagai seorang, penulis. Jadi saya menyebut ini sebagai STUCK.

Dari sejumlah kelas-kelas yang saya ikuti 6 bulan terakhir ini, memang ada yang menghasilkan karya. Sejauh ini, saya sudah menghasilkan dua novel dan satu cerpen yang menjadi 10 cerpen terbaik dari ajang lomba. Sisanya saya hanya mendaur ulang cerpen-cerpen saya 10 tahun yang lalu. Satu novel yang sudah tayang pun sebetulnya adalah rewrite dari naskah belasan tahun lalu.

Yang saya hadapi sekarang, saya kesulitan untuk merampungkan tulisan. Saya memang sudah merancang beberapa outline, saya juga membeli buku-buku untuk riset dan referensi, but whe it comes to write, saya blank! blank! saya menatap layar putih laptop dan mengetik hal-hal yang tidak berkaitan sama sekali. random things! sebab itu saya kembali ke blog ini. heheu.

kelas-kelas menulis yang saya ikuti memang banyak membuka wawasan saya dan menambah ilmu kepenulisan. Belasan tahun lalu, saya selalu menulis dengan intuisi, membebaskan diri dari semua kungkungan. Tapi di kelas2 kemarin saya belajar struktur, model alur, teknik2, dan hal-hal esensial dalam menulis yang selama ini saya abaikan. Thus, dengan sendirinya saya menjadi kritis pada bacaan, dan terutama tulisan saya sendiri.

Seringkali saya menemukan diri saya menulis sambil mengedit, yang itu sebaiknya tidak dilakukan. Seperti yang saya lakukan saat ini. Saya sering menghapus typo2, memperbaiki kalimat, dan meralat gagasan saya. Memperbaiki tulisan saya yang bahkan belum jadi. Sekali lagi. Itu seharusnya tidak saya lakukan!

Namun, dengan banyaknya ilmu yang masuk di kepala saya, saya jadi punya standar yang terlalu tinggi, pada tulisan saya sendiri. Saya jadi takut untuk menulis, karena takut tulisan itu jelek.

Padahal saya tahu, tulisan jelek itu wajar. Karena tulisan jelek masih bisa diperbaiki. Yang fatal itu kalau tidak ada tulisan yang dihasilkan. Apa yang bisa diperbaiki dari sesuatu yang tidak pernah ada?

Okey, saya rasa saat ini saya berada di fase, saya tidak boleh lagi jadi deadliner! karena saya perlu waktu lebih untuk mengendapkan dan memperbaiki tulisan saya. Itu sebabnya, ketika saya menulis mepet deadline, saya jadi stuck!

Damn! itu dia JAWABANNYA.

hehe, benar dugaan saya

dengan menuliskannya, saya bisa menemukan jawabannya. bukankah itu yang terjadi pada tulisan2 terapeutik saya di blog Opera dulu? hahaha funny isnt?

Dunia oh Dunya

*KEMEWAHAN ITU MEMBINASAKAN*📖 📖________✒_Syeikh Utsaimin –rohimahulloh– mengatakan:_Sungguh, semakin manusia bertambah dalam *KEMEWAHAN*, dan semakin terbuka terhadap yang lain, maka keburukan-keburukan juga *SEMAKIN* terbuka bagi mereka….Sungguh, kemewahan itulah yang membinasakan manusia, karena bila seseorang sudah MEMENTINGKAN kemewahan dan *pemanjaan jasadnya…* ia tentu lalai dalam memanjakan hatinya…Sehingga jadilah keinginan terbesarnya memanjakan jasad tersebut, padahal jasad itu akan *BERAKHIR dengan belatung dan kebusukan…..* Ini musibah. Lanjutkan membaca “Dunia oh Dunya”

Tentang Medsos

Bismillah

Di bulan Oktober ini saya ingin berbagi satu tema penting yang baru-baru ini saya alami, yaitu tentang Zuhud.

Zuhud bukan berarti meninggalkan keduniawian tapi meninggalkan apa-apa (yang bersifat duniawi) yang tidak membawa manfaat apapun bagi kehidupan hakiki kelak nanti di Akhirat.

Saya lupa persisnya kapan saya mulai meninggalkan sifat kekinian manusia jaman sekarang, yaitu eksis di medsos. Hmmm mungkin sekitar 3-4 tahunan y..

Awalnya saya merasa jenuuuuh dengan segala hiruk pikuk medsos. Jenuh dan lelah karena sedikit-sedikit posting, edit, dan merasa seperti apa-apa harus dishare. Untuk apa sih? Manfaatnya apa?

Yah memang sesekali ada postingan yang sedikiit bermanfaat, seperti sharing resep atau pikiran2 berfaedah.. tapi sisanya? Hanya pamer! Iya pamer, pamer lg makan apa, pamer lagi dimana, pamer lagi ngapain, pamer anak udah bisa apa, dan segambreng pamer-pamer lainnya… hhhhhh…

Memang hidup ini pameran?

Lanjutkan membaca “Tentang Medsos”

Still

jangan percepat langkahmu, kawan
kau akan lewatkan
indahnya bunga kecil berwarna biru di sudut sepatumu

jangan sumbat telingamu, kawan
kau akan lewatkan
merdunya ucap ‘tolong’ dan ‘terima kasih’

jangan selalu melihat layarmu, kawan
kau akan lewatkan
tarian gemulai daun jatuh dari tangkainya

[June 17 2010 at 2:14pm]

#verylatepost

Dalam

Aku pernah bertelanjang kaki, bertelanjang dada, dan seluruhnya
Tapi aku tak pernah merasakan tiada
Kecuali saat kehilangan makna aksara
Tersesat dalam kata
Kecantikan yang lahir dari sulaman, begitu saja

Puisi bukan hanya soal indah, namun tentang jiwa
Yang setiap aksara makna milikinya
Cintailah!
Bagaimana?
Kenalilah!
Bagaimana?

Dengan hati bukan mata
Dengan tulus bukan puja
Dengan jujur bukan dusta
Sebab sering bertatap muka

Kata, jiwanya menjelma, tak bisa tiada
Jika kuat, sudahlah tentu dapat terasa
Meski baru jumpa kali pertama

Ia yang digoreskan keadaan yang berkebalikan, akan kehilangan badan
Ia yang ditautkan dengan curahan tanpa garisan, akan menjadikan racauan dalam igauan
Ia yang dileburkan dalam kilatan zaman, akan meninggalkan kilasan tanpa kesan

Maka
Cintailah!
Kenalilah!

Lalu,
Milikilah!

Maka
Jadilah!

Tentang Dia

Bismillah

Sebelum waktu menggerus ingatanku,…

Pernah gak sih kita ngebanding-bandingin milik kita dengan milik orang lain?

Baju? Tas? Sepatu? Rumah? Mobil? Anak? Pasangan?

Pasti semua orang pernah yaaa.. hanya intensitasnya aja yang beda-beda. Kamu mungkin lebih sering kek gitu yaa, aku sih enggak.. ahahaha

But frankly, saya lebih sering membandingan pasangan saya dengan pasangan orang. Bukan fisik yaa, itu mah saya yakin suami saya sudah lebih dari cukup. Alhamdulillah.

Kalau lagi lihat pasutri yang jalan bareng sambil gandengan ke kajian. Saya pingiiiinn deh kajian ditemenin suami kek gitu. Tapi yaa gak mungkin juga, wong suami saya kan tiap hari ngantor hehe.

Kalo ngeliat suami si Ono bisa nukang dengan lihai. Rasanya pengen deh suami saya juga bisa kek gitu, jadi bisa hemat bayar tukang buat benerin rumah ahaahahaha #modus

Tapi kan suami saya deskman, tiap orang ada porsinya masing-masing. Bagi-bagi rezeki lah.

Kalo ngeliat suami si Oni….Bla bla bla bla bla….

And then it Hits me

Saya sangaaaat bersyukur punya pasangan seperti suami saya sekarang.

Alhamdulillahilladzi binikmatihi tatimus shalihaat.

Memang dia ga seperti kebanyakan suami di luaran.

Dia pulang kantor capek-capek masih bisa dan mau membantu saya nyuci piring, kadang membantu melipatkan laundry bersih.

Dia gak pernah menuntut saya untuk selalu masak tiap hari. Bersih-bersih juga. Yaa tapi saya juga tahu diri laah.. saya juga ga betah kalau rumah kotor dan berantakan. Kalau masak memang saya rada males *ups

Above all, dia sangat mengerti kondisi kesehatan saya.

Saya menyadari hal ini ketika saya menyaksikan sendiri suami si Ono sangat acuh kepada istrinya yang sedang sakit payah dan hamil muda!

Saya sendiri gak akan percaya kalau saya gak menyaksikan sendiri perilaku suami si Ono. Dia yg selalu Ono banggakan. Ternyata tega memperlakukan istrinya sebegitunya. Subhanallah.

Intinya, saya sangat bersyukur karena suami saya sangat mengerti dan memaklumi kondisi saya. Dan mau membantu pekerjaan rumah kala saya tidak berdaya. Dimana sebagian suami di luar sana emoh membantu istrinya dengan alasan sudah capek bekerja di luar rumah. Jadi di rumah mereka asik main ponsel sementara istrinya pontang panting mengurus anak dan rumahnya.

Hadeuuhh.. padahal Rasulullah sendiri membantu Aisyah menggiling gandumnya bahkan menjahit bajunya sendiri.

Suami saya memang tidak bisa menemani saya kajian. Tapi tangannya selalu siap ketika saya memintanya untuk menyuapi buah hati kami.

Laptopnya rela dia tinggalkan untuk menyapu dan mengepel teras rumah, sekaligus menyiram tanaman.

Di rumah dia tidak malu memegang sapu dan kain pel. Tidak pula merasa jengah menyuapi anak di food court.

Dia tidak malu dan kehilangan harga dirinya sebagai suami dengan melakukan pekerjaan istri. Seperti yang diajarkan Rasulullah.

Mungkin ilmu agama suami saya belumlah setinggi mereka yang sering ikut kajian. Tapi yang sedikit yang dia punya, itulah yang dia amalkan. Bukankah hakikat ilmu adalah utk diamalkan?

Itu baru sebagian kecil karunia yang saya rasakan.

Intinya kalau bukan dia yg jadi suami saya, saya gak tahu bagaimana nasib saya.

Inilah hakikat cinta yang sebenarnya. Bukan jumlah materi yang diberikan. Bukan pula kata-kata romansa belaka. Tapi bagaimana ia memperlakukan kita mencerminkan apa yang ada di hatinya.

Dan sejak itu saya berhenti membanding-bandingkan dirinya dengan siapapun.

Karena saya paham mengapa Allah menakdirkan dia yang menjadi suami saya.

Karena kalau bukan dia, pasti rumah tangga ini tidak akan berjalan semulus ini.

Allah Maha Mengetahui apa yan terbaik bagi hambanya. Maka bersyukur dan bersyukurlah dengan apa yang kita punya.

Karena Allah memberikan apa yang kita Butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Disclaimer:

Tulisan ini memang terkesan mempromosikan suami saya tapi jangan lantas dibayangkan suami saya adl suami idaman kamu! I cursed you pelakor.

Sebagai suami, dia pun punya banyak kekurangan. Sebab itu Allah menjadikan saya istrinya. Karena kalau bukan saya yg jadi istrinya, entah bagaimana nasibnya.

Jadi jangan berpikiran kotor dan jahat. Saya yakin kamu tidak bisa seperti saya dalam memahaminya.

Dan lebih dari itu, saya percaya Allah selalu menjaganya dari gangguan syetan betina berwujud pelakor.

Saya juga paham betul watak dan tabiat suami saya. Hatinya tidak mudah berpaling. Itu salah satu poin penting ketika saya menerima pinangannya 7 tahun lalu.

Jadiiiiii inti tulisan ini adalah.. iniii niiih….

Belajarlah untuk selalu menyukuri semua nikmat yang Allah berikan. Dibalik semua kekurangan pasti ada hal menakjubkan yang membuatnya hadir dalam kehidupan kita. Baik itu manusia pun peristiwa. Yakinlah bahwa Allah tidak pernah memberikan sesuatu atau membiarkan sesuatu terjadi yang tidak bermanfaat bagi kita. Sepahit apapun mestilah ada hikmah yang bisa kita petik. Ada kebaikan yang bisa kita rasakan. Ada pelajaran dan kesabaran yang in sya allah berbuah surgaNya kelak. Aamiin.

Maka bersyukurlah atas semuanya.

Bersyukur dan bersyukur setiap saat.

Rumput tetangga akan selalu lebih hijau, maka fokuslah pada rumput kita sendiri, karena itulah milik kita sendiri.

Pssstttt.. olaaaaa!!!

Bismillah

Assalamu’alaykum

Subhanallah, “debunyaaaaa” 😂

Maaf maaf baru sempat ngurusin ‘rumah’ ini lagi yaa…

As you know (or not), saiyah mungkin hanya akan ‘nyampah’ dimari jikaaa memang ada ‘sampah yg harus dibuang’, atau disingkirkan sejenak untuk membuat jiwakuuu lebih sehaaatt! Uyeeaa! 💪

And here i come again, with my oveeeeerwhelming thought 😥

What?

Strangely my eyes can hardly closed,

Though my body is superb tired

Maybe unconciously I dont wanna sleep

Coz lately those dreams arose

Again

Makes me wonder, thus trigger my anger

WHAT? 

WHAT?!

!!!

When your past suddenly dragged you into your dreams

It is not YOU, but THEM

They vibes, calling, searching, longing?

Screw you!

It is not ME, but YOU!

YOU ARE THE ONE WHO CAN NOT OVERCOME

Now if you find this, lemme tell you something

WHAT? 

Just wake up and face your damned reality!